watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

KEINDAHAN DAN KENIKMATAN

Aku adalah seorang pria single fighter,
sebenarnya statusku saat ini adalah seorang
duda. Aku mengaku seorang pria single fighter
dikarenakan aku sekarang sudah tidak beristri lagi.
Aku dahulu seorang suami yang sangat bahagia
karena aku mempunyai seorang istri yang cantik
dan begitu sayang kepadaku. Di istanaku saat itu
tinggal aku, istriku, ibu mertuaku dan seorang
pembantu perempuan. Sebelum aku
menceritakan kisah dilema mahligai rumah
tanggaku, aku ingin menceritakan tentang
pengalamanku dengan sekretarisku. Sebut saja
namaku Hendi, usiaku saat ini baru menginjak 28
tahun. Profesiku Presiden Direktur, tentu saja di
perusahaanku sendiri. Aku tinggal di perumahan
Kelapa Gading.

Pada suatu ketika perusahaanku mengadakan
acara liburan untuk karyawan, acara ini selalu
rutin dilakukan untuk menambah gairah kerja
para karyawanku. Karena aku boss di perusahaan
tersebut aku harus ikut, sedangkan istriku pada
saat itu sedang ada halangan katanya sih ada
urusan keluarga. Jadi aku memutuskan untuk
pergi sendiri.

Aku mempunyai sekretaris Sari namanya, aku
merasa bahwa aku harus memilikinya. Kalau di
kantor dia selalu mencoba bertingkah genit dari
kerling matanya itu atau dari caranya berpakaian,
dari situ aku tahu kalau dia suka padaku. Seperti
biasanya aku pulang memang agak sore, Sari
sudah gelisah ingin pamit pulang tapi aku masih
saja berkutat dengan laporanku.
“Sari kalo udah mau pulang duluan aja, nggak pa-
pa kok, sekarang udah jam 5 lewat 20, entar
ketinggalan kereta lho lagian udah mendung kalo
hujan kan entar kebasahan”, kataku sambil
tersenyum.

“Iya Pak”, sambil berkemas dan secara tidak
sengaja pulpennya jatuh dan dia memungutnya,
otomatis dari posisi duduk dia berputar, roknya
tersingkap dan secara tidak sengaja aku
melihatnya, wah memang benar terawat sampai
ke ujung pahanya begitu pula dengan dengan
segitiganya yang berwarna putih. Sambil
memungut pulpen dia nunduk dan serta merta
dia menutup bajunya yang otomatis terlihat kalau
nunduk.

“Sar, lain kali pake bajunya yang ketutup aja biar
nggak repot”, kataku.

“Nggak enak Pak, saya justru nggak seneng pake
baju yang kerahnya terlalu tertutup”, katanya
sambil tersenyum, karena dia tahu maksudku
ngomong seperti itu. Tak lama kemudian Sari
pergi, dan aku terus bekerja.

Sari memang betul-betul merupakan wanita ideal
di benakku. Ia bertubuh tinggi, dengan pinggul
yang indah dan pantat menjungkit seperti penari
Bali. Aku ingat pengalaman pertama bercinta
dengannya. Dan kesempatan pun tiba pada acara
tahunan tersebut, saat acara sudah hampir
selesai, kuajak Sari keluar dari ruangan itu.
“Sar, temenin Bapak keluar jalan-jalan yuk?”
Ajakku.

“Iya Pak, Sari juga sudah sumpek di sini sejak tadi
sore”, jawab Sari.
Kita pun keluar dengan mobilku, tak terasa sudah
jam 1.00 malam. Kita pun kembali ke Villa
perusahaan.

Setelah sampai, aku memberanikan diri
menggandeng seketarisku yang genit itu, kita
menyusuri lorong kamar-kamar karyawan. Dan
akhirnya tiba di depan pintu kamar Sari.
“Pak, malam ini mau nggak bapak nemanin
saya.. soalnya Sari takut kalau tidur sendirian”,
kata Sari.

“Tapi kamu kan bisa minta ditemanin sama
karyawan cewek yang lain”, jawabku, tapi dalam
hatiku berharap agar Sari memaksaku untuk
menemaninya malam ini, yang sebenarnya
sangat kuharap-harapkan.

“Mana ada yang mau Pak? Orang sudah pada
tidur semua, lagipula mereka kan sudah ada yang
menemani malam ini”, desak Sari.

Memang sih pada acara tahunan kali ini karyawan
perempuan yang masih single dan ikut ke acara
tersebut hanya Sari, sedangkan karyawan yang
lain sudah membawa pasangannya sendiri-
sendiri.

“Tapi nanti jam 7.00 pagi kamu bangunin Bapak
yah. Soalnya kalau ketahuan karyawan yang lain
kan nggak enak kita, apalagi bapak kan atasan
mereka”, jawabku.
Akupun masuk mengikuti Sari, tapi sebelumnya
aku minta izin pada Sari untuk ganti baju tidur
dulu di kamarku. Pertama kali sangat canggung
dan hanya berbincang-bincang saja di kamar.

Ketika tiba saat untuk tidur, aku bermaksud tidur
di sofa. Aku merasa harus menghargainya, toh
kami belum menikah. Namun ia menarikku ke
tempat tidur.

“Kita tidur pelukan boleh kan Pak, asal nggak lebih
dari itu”, katanya manja.
Aku menuruti kemauannya dengan kikuk.

Beberapa menit kami berbaring diam dalam satu
selimut. Sari hanya mengenakan t-shirt tipis dan
kain sarung, begitu juga aku. Saat kulit kami
bersentuhan, jantungku berdesir. Tanpa terasa
pipi kami saling menempel. Udara dingin
membuat ia mengetatkan pelukannya dan
akhirnya bibir kami saling berpagut.

Awalnya
sangat canggung, namun tak lama gerakan kami
menjadi lebih luwes dan lidah kami pun saling
bergulung. Ciuman yang ketat membuatku
kehilangan kendali, lalu tanganku menjadi liar
meraba ke payudaranya. Nafas Sari pun semakin
memburu.

Lalu aku berusaha melucuti t-shirtnya. Sari tidak
menolak, bahkan tangannya juga berusaha
melucuti bajuku. Dengan satu sentakan kutarik
BH-nya sehingga kulihat tubuhnya yang indah itu
hanya berbalut celana dalam tipis. Aku menikmati
beberapa saat pemandangan itu, Sari yang
berbaring telentang, dengan pandangan mata
yang sulit kulupakan. Lalu kucium lagi bibirnya
perlahan. Sari mengerang perlahan, “Ooohhh..”,
bibirnya setengah terbuka dan basah sangat
membuatku terangsang. Lalu tanganku mulai
bermain di payudaranya, membuat ia makin
menggelinjang. Ketika tanganku kuturunkan
hingga mencapai gundukan kewanitaannya dan
bibirku meluncur mengulum puting susunya,
tiba-tiba ia mendorongku dengan keras. Lalu
tangannya bergerak cepat menarik celanaku
sambil berdesah, “Pak, buka celananya..” Dengan
satu gerakan aku melepas celana dalam, dan ia
melakukan hal yang sama. Kini dapat kulihat
tubuh indah itu tanpa penghalang apapun.

Sari menarikku ke dalam pelukannya dan kami
kembali bercumbu dengan hangatnya. Aku
menyisir seluruh tubuhnya dengan bibirku. Mulai
dari ubun-ubunnya, turun ke bibirnya, lalu ke
lehernya yang jenjang. Sari berbaring telentang
dengan kedua pahanya yang putih dibuka lebar,
sementara aku menindih dan mengulum bibir
dan lehernya, batang kemaluanku yang telah
keras dan liang senggamanya yang terasa basah
tanpa sengaja bersentuhan. Betapa nikmatnya.


Lalu aku mulai menyisir ke payudaranya dan
mulai mengulum puting payudaranya yang
mengeras. Aku jilati puting susunya dan
melingkari areolanya, membuat Sari
menggelinjang dengan hebat sambil merintih
keras, “Aduh.. nikmat.. Pak.. teruss.. ooohh..”
Karena posisiku agak merendah ke bawah maka
aku dapat merasakan kehangatan liang
kewanitaannya yang basah di perutku.
Sari terus merintih sambil sesekali pahanya yang
jenjang menghentak naik turun di atas
pinggangku, sementara pelukannya semakin erat.

kumpulan Cerita Dewasa Lainya, Dapat Anda Lihat & Baca Hanya Di :
www.ceritaindo.sextgem.com

Lalu ia menarik tubuhku ke atas hingga bibir kami
kembali berpagut. Sambil tersengal ia mendesah
dengan penuh birahi, “Pak, Sari pingin disentuh
dengan punya bapak..” Aku mengerti yang ia
inginkan. Aku lalu mulai menggesek-gesekkan
batang kemaluanku ke liang kenikmatannya. Liang
senggamanya terasa makin membanjir dan
terbuka. Aku terus menggesek dan menyibak
labia mayoranya dan merasakan klitorisnya yang
semakin membengkak. Sari menggoyangkan
pinggulnya dengan kencang sambil merintih,

“Teruus.. Pak.. nik.. matt…, ooohhh..” Tangannya
memeluk kencang di bahuku dan kukunya
membenam di kulitku hingga membuatku sedikit
perih. Namun rasa perih itu terkalahkan oleh
buaian kenikmatan yang luar biasa. Gerakan itu
semakin kencang dan aku sudah tidak tahan
untuk segera memasuki tubuhnya.
Aku berhenti menggesek klitorisnya dan mulai
mencari jalan untuk memasuki lubang
kemaluannya yang sudah banjir oleh cairan
kewanitaannya. Aku menatap Sari sebentar dan
menemukan hasrat yang sama di matanya.
Dengan perlahan tangannya membimbingku
memasuki lubang kenikmatannya. Dengan satu
dorongan pelan aku mulai memasuki tubuhnya,
sedikit demi sedikit. Aku tahu ia sedikit kesakitan,
karena ini pertama kali baginya, namun
kebasahannya sangat membantu batang
kemaluanku menemukan jalannya. Ketika batang
kemaluanku hampir separuh masuk dalam liang
kenikmatannya, tangannya memelukku dengan
amat keras dan tubuhnya bergetar hebat. Aku
merasakan cairan lebih banyak lagi membanjiri
kemaluannya dan dengan satu dorongan aku
menusuk hingga bagian terdalam dari
kemaluannya. Tubuhnya menggigil dan
mulutnya meracau, “Eeeenak.. Pak.. ooohh..
tekan yang.. dalaam.. ooohh..” ketika aku mulai
menggerakkan batang kemaluanku naik turun.

Pada setiap gerakan menusuk aku menekan
dengan begitu dalam. Sari menggoyangkan
pinggulnya, kedua kakinya menjepit pinggulku
begitu keras.
Aku akhirnya tak tahan lagi dan merasa sudah
hampir tiba waktunya. Pada gerakanku yang
terakhir, aku merasakan seluruh tubuhnya
menggeletar, menyambut spermaku yang
memenuhi rongga kewanitaannya saat ejakulasi.

Kukunya makin dalam terbenam di punggungku
dalam satu pelukan yang ketat dan tubuh kami
sama-sama menggeletar. Untuk beberapa saat
hanya kenikmatan tiada tara yang kami rasakan
dan entah berapa lama kami terus berpelukan
menikmati keindahan itu dengan mata terpejam,
dengan batang kemaluanku tetap kubiarkan di
dalam liang kenikmatannya. Ketika getar-getar
keindahan itu akhirnya harus berakhir, aku
membuka mata dan melihat Sari yang masih
tetap terpejam dengan wajahnya yang penuh
keringat. Betapa cantiknya melihat dia dalam
keadaan sesudah orgasme. Lalu ia membuka
matanya dan tersenyum lembut melihatku
sedang memandanginya. Kucium lembut
bibirnya dan kami berbaring berpelukan.

Kami
tahu malam masih panjang dan kami tak akan
menyia-nyiakan kesempatan indah itu untuk
menikmatinya bersama-sama.
Itulah kisah perselingkuhanku dengan Sari,
sekretarisku yang cantik dan genit dan acara
kucing-kucingan itu berlangsung hingga kini.
Setelah acara selesai aku pulang ke rumah dan
mendengar suara atau hal-hal yang tidak enak
dari para tetangga tentang istriku. Tapi aku saat itu
belum mau percaya begitu saja dengan cerita
jelek yang beredar di daerahku itu, sampai
sahabatku sendiri yang mengatakannya padaku.
Barulah aku mempercayai cerita tersebut.

Selama tiga hari aku tidak mau bicara dengan
istriku, sikapnya padaku yang kurasakan
sepertinya agak beda semenjak aku datang dari
acara tahunan yang diadakan perusahaanku itu.

“Yang.. kamu kenapa sih?” kenapa kamu diam
saja.. kenapa kamu diamkan aku? Apa salahku?”
Tanya Yenni, istriku pura-pura tidak mengerti
duduk persoalannya.
Ditanya seperti itu aku masih tetap diam tidak
mau bicara, sikap Yenni semakin merajuk saja.

Dia mencoba untuk melemahkan emosi jiwaku,
Yenni memang paling pandai dalam hal
menundukkan emosiku. Sehingga aku selalu saja
kalah olehnya, apakah karena aku terlalu
mencintainya? sehingga diriku begitu lemah
terhadapnya.

“Jika Yayang selalu diam begini, aku sebaiknya
pergi saja dari rumah ini! Percuma punya suami
juga, selalu mendiamkan aku tanpa tahu
persoalannya!” kata Yenni dengan suara yang
ketus dan tajam. Aku kaget dengan kata-katanya
itu, maka kutarik lengannya ketika dia hendak
melangkah keluar.

“Katakan! Siapa lelaki yang pernah ke mari
sewaktu aku sedang di luar kota kemarin?!”
tanyaku sambil mencengkeram lengannya lebih
erat lagi.

“Siapa yang Yayang maksud? Aku benar-benar
tidak mengerti?” ujarnya mencoba mengelak.

“Jangan pura-pura lagi, Yenni! Aku sudah tahu
semuanya. Sewaktu aku tidak ada, rumah ini
kedatangan tamu kan?” gertakku.
“Memang benar Yang, Tapi mereka itu teman
Mamaku. Lagi pula, nggak mungkin aku berani
mengkhianati kamu Yang!” ujar Yenni sambil
matanya melotot tajam ke arahku.

“Kamu berani untuk di sumpah?” tanyaku lagi.
“Aku berani di sumpah dengan cara apa saja,
Yang! Karena aku tidak merasa bersalah!”
Kata-katanya cukup tandas dan tajam. Dia seolah-
olah tidak menerima kutuduh begitu, aku sendiri
akhirnya tidak bisa berbuat banyak.

Karena
menuduh tanpa bukti itu sama halnya dengan
memfitnah, lagi pula setelah aku pikir apapun
yang dilakukan istriku ini tidak mungkin kalau
Yenni berani berbuat seperti itu kecuali semua ini
memang kelakuan dari mertuaku itu. Apalagi saat
itu Yenni menangis pilu dan aku merasa tidak tega
melihatnya sebab bagaimanapun juga aku masih
begitu mencintainya.

“Maafkan aku Sayang. Aku telah menuduh yang
tidak-tidak padamu, aku percaya kok kalau kamu
masih mencintaiku dan setia padaku”, Kataku
sambil memeluk tubuh istriku dengan lembut dan
mesra. Dan suasana yang tadinya tegang telah
berubah menjadi suasana yang begitu romantis,
apalagi aku sudah lama tidak merasakan
cumbuan permainannya, dan saat itu Yenni
istriku begitu erat mendekapku seakan tidak mau
terpisah dariku lagi. Kurebahkan tubuh istriku di
atas ranjang, kubiarkan dia terbaring dengan
bebas.

Aku berdiri sejenak memandanginya, ada getar
aneh menjalari sekujur tubuhku saat itu. Yenni
tersenyum penuh arti padaku, dia memang
mengerti apa yang aku butuhkan saat ini. Benar-
benar menggairahkan dan penuh daya tarik
tersendiri tubuh istriku. Ia begitu menantang dan
pasrah. Buah dadanya yang masih dilapisi gaun
tidur itu membusung, laksana bukit salju yang
lembut, kulitnya bersih dan mulus. Pinggulnya
padat dan berisi. Kedua pahanya juga putih,
laksana kain sutra kalau di sentuh. Segera saja aku
melepaskan semua pakaianku dan langsung naik
ke atas ranjang. Rasanya saat itu kami seperti
berada di malam pengantin saja, begitu mesra
dan romantis.
Kemudian aku duduk di pinggir kasur sambil
mendekap tubuh istriku. Sungguh lembut tubuh
mungil istriku. Kupeluk dengan gemas sambil
kulumat mesra bibir ranumnya. Tanganku
meraba seluruh tubuhnya. Sambil memegang
puting susunya, kuremas-remas buah dada yang
kenyal itu. Kuusap-usap dan kuremas-remas.

Nafsuku terangsang semakin hebat. Batang
kemaluanku menyentuh pinggang istriku.
Kudekatkan batang kemaluanku ke tangan istriku.

Digenggamnya batang kemaluanku erat-erat lalu
diusap-usapnya. Tanganku terus mengusap
perutnya hingga ke celah selangkangannya.
Terasa berlendir basah di kemaluannya. Aku
beralih dengan posisi 69.
Aku mulai mendekap tubuhnya sehingga seluruh
badannya menekan tubuhku, dan Yenni
mengarahkan liang kewanitaannya yang terbuka
ke wajahku. Dapat kulihat liang kewanitaannya
yang kemerahan yang tidak dihiasi oleh sehelai
bulupun, bersih. Yenni menaikkan pantatnya
sedikit, sehingga makin jelas terlihat liang
kewanitaannya, aku tahu maksudnya dengan
perlahan kutempelkan wajahku ke liang
kewanitaannya, kuciumi bibir luarnya, dia sedikit
menggelinjang tapi tetap menghisap dan menjilat
batang kemaluanku, dapat kuhirup aroma yang
keluar dari liang kewanitaannya tersebut bau yang
khas.

Aku jilati seputar bibir luarnya, Yenni semakin
melengkungkan tubuhnya ke belakang, sehingga
terbenamlah wajahku di liang kewanitaannya.
Aku mengatur nafas, kubuka bibir luarnya
dengan jari tanganku, kumasukkan lidahku ke
dalam liang kewanitaannya dan kumainkan
lidahku di dalamnya, Yenni menggelinjang kuat,
“Eeeggghh.. shhh.. aaachh.. terusin Yang”.
Kukecup dan kutarik klitorisnya dengan lidah dan
bibirku, dapat kurasakan cairan wanitanya sudah
mulai membasahi liang kewanitaannya, Yenni
mengejang saat kuhisap liang kewanitaannya
yang sudah basah. Kujilat bibir kemaluannya dan
kupilin-pilin klitorisnya.


“Ohhh.. arggghh.. ohhh.. terusin Yang.. ohhh..
arggghh”. Dan aku merasakan batang
kemaluanku digigit dengan kedua bibirnya.
“Eeggghh.. sshhh… Sayang”. Aku pun
menggeliat, Yenni melepaskan batang
kemaluanku dari mulutnya, mengangkat dan
memutar badannya, menciumi bibirku dengan
panas dan nafas terengah-engah.
Kemudian Yenni jongkok menghadapku persis di
atas batang kemaluanku yang terlihat mengkilap
basah, dipegangnya batang kemaluanku dan
Yenni mulai menurunkan posisi jongkoknya
dengan menuntun batang kemaluanku masuk
perlahan ke dalam liang kewanitaannya,
“Bleesss..” “Aaahhh.. ggghh!” kami berdua
bersamaan mengerang. Yenni mulai
menggerakkan pinggulnya naik turun, liang
kewanitaannya sangat banyak berair, sampai
berbunyi, “Plok.. plok.. cipak.. plok..” sesekali dia
menggelinjang dan meletakkan tangannya ke
belakang memegang kedua pahaku, diputarnya
pinggulnya ke kiri dan ke kanan, kali ini giliranku
yang menggeliat, kutarik tangannya ke bawah
sehingga dia terkelungkup kuciumi bibirnya
dengan hangat Yenni membalas, kupeluk
badannya dan Yenni sekali lagi memutar-mutar
pinggulnya.

“Shhh.. gghhh..” aku kembali mengerang. “Enak,
Yang..” bisiknya. Aku tak menjawab dan
langsung kuciumi bibirnya sementara tanganku
mencoba untuk melepaskan gaun tidurnya, Yenni
membantuku, dia bangun dan melepaskannya.
Kulihat payudaranya, aku mulai merabanya,
meremasnya, kuhisap puting payudara
kanannya. ” Ohhh.. arghah.. aaah.. ahhh.. oh
Yang terusin.. ohhh.. aghhh..” Yenni mendesah
dan mempercepat gerakan pinggulnya naik turun
kiri kanan. Puting payudaranya yang merekah itu
kujilat berulangkali sambil kugigit perlahan-lahan.
Puting susunya terlihat berair karena liur
hisapanku tadi. Kuperkuat remasanku di
payudaranya, Yenni merebahkan badannya
dengan tetap menggerakkan pinggulnya dan
kubalas dengan gerakan menusuk dari bawah.

“Aaahh.. Yang.. terusin, Yang.. shshsh…” desah
Yenni menggeliat. Aku tak peduli, kujilati dan
kugigit putingnya yang sudah dekat dengan
wajahku, Yenni kembali mendesah dengan cepat
mengikuti irama goyangan pinggulnya dan
tusukan batang kemaluanku, “Aaahhh… ahhh…
eeghh…” Aku merasakan ada sesuatu yang siap
keluar dari dalam batang kemaluanku, kupercepat
gerakan batang kemaluanku dalam liang
kewanitaannya, badan Yenni mulai mengejang
kuat seiring kubangunkan badannya sambil
meremas kedua payudaranya. Yenni juga
mempercepat gerakan pinggulnya, sementara
aku merasakan bahwa air maniku sudah tak
tertahankan lagi, dengan hitungan sepersekian
detik, kulepaskan batang kemaluanku dari dalam
liang kewanitaannya. Yenni kaget dan keluarlah
cipratan pertama yang diiringi oleh luberan air
maniku yang selama hampir dua minggu
kupendam.

Yenni terperangah, kemudian dia mencubit
perutku.
“Kok, nggak bilang-bilang?!” aku tersenyum malu,
kemudian dia menguatkan cubitannya.
“Aku kan juga hampir sampai, kenapa nggak
dikeluarin di dalam aja?” dengan tampang
innocent.
Aku meringis menahan sakit, “Sorry Yang
katanya kamu lagi KB…” jawabku enteng sambil
membersihkan sisa-sisa air mani dari tubuhku.
Yenni mulai memperlihatkan cemberutnya ketika
dia melihat juniorku yang lunglai. Aku melirik ke
arah jam dinding dan tersenyum sambil
merebahkan kepalaku ke bantal yang empuk,
Yenni keheranan tapi kembali cemberut.

“Curang.. mentang-mentang udah enak trus
nyantai gitu, aku gimana dong? masih tanggung
nih!” dengan nada kesal-kesal manja. Kemudian
kutarik badannya untuk rebahan di sebelahku.
Kuambil tangannya lalu kebelaikan perlahan di
sekitar daerah batang kemaluanku, mulai dari
paha, memutar ke bagian bawah perut sambil
memainkan bulu kemaluanku, ke paha
sebelahnya, kemudian kedua biji pelirku, batang
kemaluanku dan balik lagi ke paha yang pertama.
Yenni heran tapi setelah dua kali kuulang kulepas
tanganku dan dia mulai memainkan tangannya
sendiri mengikuti gerakan yang baru saja
kuajarkan.
Tak beberapa lama batang kemaluanku mulai
bergerak dan semakin halus gerakan tangan
Yenni, batang kemaluanku juga semakin
menegang. Yenni melemparkan senyum
nakalnya padaku, aku balas senyumannya dan
Yenni terlihat kembali bersemangat ketika melihat
batang kemaluanku sudah berdiri tegak, dia
bangkit dari rebahannya dan mulai
menggenggam batang kemaluanku, diusap-
usapnya perlahan dan semakin lama semakin
kuat. “Cihuuii!” teriakan kecilnya membuatku
tertawa.

Yenni mulai bangun dan bersiap untuk menaiki
tubuhku lagi, tetapi aku cepat-cepat
menghadangnya dengan membangunkan
badanku dan menghempaskan tubuhnya ke
kasur, Yenni kembali keheranan tapi tak lama
kemudian ia tersenyum begitu aku meregangkan
kedua kakinya dan mulai meraba daerah liang
kewanitaannya yang tak dihiasi selembar bulu.
“Sudah siap ronde kedua?” tanyaku sambil
mengambil posisi di hadapannya, belum sempat
Yenni menganggukkan kepalanya, kepala batang
kemaluanku sudah menusuk liang kewanitaannya
“Eghkhkshsh..!” Yenni mendesah berat dan
badannya menggelinjang hebat. Kubenamkan
terus batang kemaluanku sampai habis ke dalam
liang kewanitaannya, Yenni terus menggelinjang.

“Shshsh.. terushin.. Yang..” desahnya. Kutarik
batang kemaluanku keluar sampai habis dan
kubenamkan lagi ke dalam liang kewanitaannya
dengan cepat, Yenni terbelalak, “Aakkkhh…” kali ini
suaranya tak tertahankan.
Sayup-sayup kudengar suara wanita cekikikan
dari luar kamar tapi tak kuperdulikan. Kembali
kutarik batang kemaluanku dan kubenamkan lagi,
lalu kukocokkan batang kemaluanku keluar masuk
di dalam liang kewanitaannya yang mulai melebar
dan basah, nafas Yenni mulai terengah-engah
mengikuti gerakan batang kemaluanku. “Enaak..
lagii.. masukin semuaa.. tekan dong.. bagian kiri
yang ditekan… aahh… laaggii.. tekann.. ahh…”
dengan mata merem melek keasyikan, selang
beberapa lama kutarik batang kemaluanku keluar
dan kuangkat kedua kakinya ke atas dan
kusandarkan di dadaku, Yenni membuka
matanya yang terpejam. Belum sempat ia
berpikir, kembali kubenamkan batang
kemaluanku ke dalam liang kewanitaannya yang
menyempit.

“Aaakkhh.. shhh…” aku menyeringai sementara
Yenni mendesiskan nafasnya seperti menahan
sakit, tapi tak lama nafasnya kembali terengah
seiring kocokan batang kemaluanku dalam liang
kewanitaannya. Kembali kudengar suara wanita
cekikikan, tapi aku tetap tak perduli. Aku masih
tetap mempertahankan irama kocokan batang
kemaluanku, tak beberapa lama kupalingkan
penglihatankan ke jendela kamar yang mengarah
ke balkon luar, walau tertutup tirai tapi aku dapat
melihat bayangan kepala orang di luar sana. Aku
terkaget. “Gila! ternyata permainan seks-ku
dengan Yenni diintip mertuaku sendiri”, pikirku
dalam hati. Perasaan kaget coba kuhilangkan
dengan menarik batang kemaluanku dan
membalikkan badan Yenni yang mulai terasa
berat kelelahan.

Aku bangun dari tempat tidur dan kutarik
pinggulnya ke atas, Yenni menolehkan kepalanya
ke belakang, aku meraba liang kewanitaannya
yang sudah sangat basah, dia melemparkan
senyum malasnya, tak lama kutuntun batang
kemaluanku ke liang kewanitaannya melalui
daerah bokongnya yang tak begitu besar. Setelah
merasakan pas di depan lubang kenikmatannya
tanpa permisi kubenamkan batang kemaluanku
dalam-dalam sampai habis tak terlihat. “Eenggkk..
ssshh.. aakhkh !” kami sama-sama mendesah.
Badan Yenni kembali menggelinjang hebat dan
nyaris melepaskan batang kemaluanku dari dalam
liang kewanitaannya, kutahan pinggulnya dengan
kedua tanganku, kupegang erat pinggulnya, dan
tak lama kukocok batang kemaluanku di dalam
liang kewanitaannya keluar masuk, terdengar
suara yang khas ketika bokongnya beradu
dengan perutku. Aku semakin menikmati
permainan ini.

“Akh.. egkh.. sshsh.. aagkh..” nafas kami
bersahutan mengikuti irama kocokan batang
kemaluanku, tapi suara Yenni mulai mengeras
“Eeggh.. .Aaakkkh.. teerrus Yang.. teerruss…”
kupercepat kocokan batang kemaluanku sehingga
menimbulkan suara gesekan perut dan bokong
yang semakin cepat. Tak lama kemudian Yenni
mendesah panjang, “Ssshh.. aaakkhh..
eegghhm.. ohhh.. augh.. Yang.. Yenni mau
keeellluuaarrr…”. Tiba-tiba liang kewanitaannya
seperti menghisap-hisap batang kemaluanku dan
akhirnya, “Crooottt.. crotttt.. crotttt.. crot” aku
bisa merasakan klimaksnya tapi aku tetap
menusukkan batang kemaluanku ke dalam liang
kewanitaannya. Tangan Yenni kelihatan sudah
tidak dapat menahan badannya, kepalanya jatuh
lunglai sesaat, dia menoleh ke belakang
menatapku dan tersenyum manis seakan
memberi tanda kepuasan. Kubalas senyumnya
dan kuperlambat gerakan batang kemaluanku dan
Yenni mengikuti gerakan batang kemaluanku
dengan memutarkan pinggulnya ke kiri dan ke
kanan.

“Uuugh… eegkh…” aku menyeringai, batang
kemaluanku terasa sedikit ngilu.
“Kenapa, enak ya?” candanya sambil terus
memutar pinggulnya perlahan sementara batang
kemaluanku yang masih tertancap dalam liang
senggamanya yang sangat basah. “Uugghmm..
sshhshh.. aaakgh..” Yenni mendesah keenakan
menikmati permainannya sendiri. Rupanya ia
ingin menikmati klimaksnya lebih lama dengan
memutar-mutar batang kemaluanku di dalam
liang kenikmatannya yang sedikit melebar dan
basah. Lalu kukecup bibirnya, ia pun
membalasnya sambil berbisik, “Kamu hebat deh
Yang…” Senyum manis menghiasi wajahnya
a yang bersemu merah, pertanda ia telah
mengalami orgasme yang hebat. Kami pun tidur
berdekapan sampai pagi.

Begitulah, kami sebenarnya hidup dalam rumah
tangga yang rukun dan romantis. Namun karena
pengaruh ibunya Yenni (mertuaku red) cukup
besar, maka rumah tangga kami sering goncang.

Aku mencoba untuk dapat mempertahankan dan
mengendalikan mahligai rumah tanggaku, berkali-
kali aku bisa menyelamatkannya. Namun terpaan
badai yang dihembuskan ibu mertuaku semakin
kuat saja, sehingga aku tidak mampu lagi untuk
menahannya. Akhirnya Yenni mengajukan
gugatan cerai padaku.

Setelah menjalani sidang perceraianku dengan
istriku yang berjalan begitu lama, karena
memang aku masih mencintainya dan berharap
Yenni kembali ke pelukanku. Tapi apa dayaku
karena kenyataannya tidak seperti yang
kuharapkan, setelah pembagian harta gono-gini.
Aku sekarang sebatang kara dalam mengarungi
hidup ini, setelah Yenni yang selama ini menjadi
istriku telah tiada lagi di sisiku.


Adult | GO HOME | Exit
1/932
U-ON

inc Powered by Xtgem.com